Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat datang di blog yang sederhana ini.Semoga kunjungan anda bisa bermanfaat untuk menuju hidup yang lebih baik.

Rabu, 21 Desember 2011

MAWAR UNTUK IBU

Seorang pria berhenti di depan toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga,yang akan dipaketkan pada sang ibu yang tinggal jauh di sana 300 km dari dirinya.Begitu keluar dari mobil,ia melihat seorang gadis kecil berdiri di trotoar jalan sambil menangis terisak-isak.Pria itu menanyainya kenapa dan dijawab oleh gadis kecil itu,"Saya ingin membeli setangkai bunga mawar untuk ibu saya.Tapi saya puna uang seribu saja,padahal bunga itu harganya lima ribu."

Pria itu tersenyum dan berkata,"Ayo ikut aku.Aku akan membelikan bunga yang kau mau." Kemudian ia membelikan gadis kecil itu setangkai bunga mawar.Sekaligus ia memesan karangan bunga yang akan dikirimkan ke ibunya.

Ketika selesai dan hendak pulang,ia menawarkan diri pada gadis kecil itu untuk mengantarkannya pulang sampai rumah.Gadis kecil itu melonjak gembira,katanya,"Ya tentu saja.Maukah anda mengantarkan ke tempat ibu saya?"

Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukkan oleh gadis kecil itu,ternyat tempat pemakaman umum.Pria itu terkejut,tanpa bertanya ia mengikuti saja langkah gadis kecil itu,yang terhenti digundukan tanah yang masih basah.Gadis ini bersimpuh,matanya berkaca-kaca terlihat menahan tangis,berdo'a dan meletakkan setangkai bunga mawar,disandarkan dipusaranya.

Melihat seperti itu,pria tersebut trenyuh tak tertahankan...palagi gadis kecil itu menolak untuk diajak pulang,katanya rumahnya sudah tidak jauh lagi.Akhirnya pria ini bergegas kembali ke toko bunga itu karena ingat sesuatu.Ia membatalkan kiriman bunganya,tapi karangan bunga tersebut di antarkan sendiri meski perjalanan jauh harus ditempuhnya.

Jumat, 14 Oktober 2011

MISI HIDUP DALAM SEBUAH KERJA

Seorang wanita tua,dengan sentum jenaka disela-sela pipinya yang bulat,duduk sambil menggelar nasi bungkus dagangannya.Segera saja beberapa pekerja bangunan,para kuli angkut,tukang becak yang sudah menunggu sejak tadi mengerubungi dan membuatnya sibuk meladeni.Bagi mereka,menu dan rasa bukan soal,yang penting harganya yang luar biasa murah.

Hampir-hampir mustahil ada orang yang berdagang dengan harga yang begitu murah.Lalu apa untungnya?Wanita itu sambil terkekeh menjawab,"Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun." Tapi bukankah Ia bisa menaikkan harga sedikit?Sekali lagi terkekeh menjawab,"Lalu bagaimana kuli-kuli itu bisa beli?Siapa yang mau menyediakan sarapan untuk mereka?"katanya sambil menunjuk para lelaki yang mulai berlompatan ke atas truk pengantar mereka ke tempat kerja.

Ahh...! Betapa cantiknya bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah kerja.Orang-orang yang menyadari benar kehadiran karyanya,sebagaimana wanita tua di atas,yang bekerja demi SETITIK KESEJAHTERAAN HIDUP MANUSIA,adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tak runtuh.
MEREKALAH BELUDRU HALUS YANG MEMBUAT JALAN HIDUP YANG TAMPAK KERAS BERBATU INI MENJADI LEMBUT BAHKAN MENGOBATI LUKA.

Bukankah demikian tugas kita dalam kerja....menghadirkan secercah kesejahteraan bagi sesama?

Jumat, 23 September 2011

DICIPTAKANNYA SIANG DAN MALAM SEBAGAI WUJUD PERLINDUNGAN NYA.

Kita dapat hidup di permukaan bumi ini karena bumi berputar/berotasi dalam waktu 24 jam sekali putaran.Kalau bumi ini yang kita huni tidak berputar,mustahil kita hidup di permukaan bumi ini.

Terjadilah siang malam dari perputaran tersebut.Kalau bumi tidak berputar,maka tentu ada bagian yang selamanya siang atau selamanya malam berkepanjangan.

Apakah yang akan terjadi sekiranya siang saja terus-menerus? Udara dari detik kedetik,dari jam kejam akan selalu bertambah panas dan semakin panas sehingga dalam waktu 100 jam saja,suhu udara akan mencapai 100 derajat celcius,sehingga seluruh air dan benda cair di permukaan bumi akan mendidih  atau mengeruak hebat.
Cobalah bayangkan apakah yang akan terjadi kalau seluruh sungai,danau dan samudra mendidih airnya?Begitupun darah yang mengalir di sekujur tubuh manusia akan mendidih pula.Dalam keadaan yang seperti itu,tidak satupun makhluk akan dapat hidup,semua akan mati dan musnah.

Apalagi sesudah 100 jam berikutnya,atau 1000 jam berikutnya,bukan saja semua air akan mendidih,tetapi semua permukaan bumi ini akan menjadi api atau bara api yang brgejolak-gejolak,seluruh yang ada di bumi ini akan terbakar musnah menjadi abu yang berterbangan dalam sekejap mata.

Dan bagaimana jadinya bila malam terus menerus berkepanjangan?Suhu udara dari detik ke detik dan jam ke jam akan semakin dingin,sehingga dalam kurun waktu 100 jam saja akan mencapi 0 derajat celcius.Sehingga seluruh air atau benda cair akan membeku menjadi es.Mungkin di saat itu manusia dan binatang-binatang masih ada yang dapat hidup seperti keadaan di kutub utara atau selatan. Tetapi apakah yang akan terjadi 100 jam berikutnya,dimana suhu sudah 100 derajat di bawah 0 derajat celcius?Saya kira di saat itu akan lenyap pulalah segala kehidupan di permukaan bumi ini.

Kedua hal itu bisa kita pikirkan,untuk melihat dengan nyata akan hebatnya perlindungan yang diberikan oleh Allah bagi kehidupan setiap makhluk ciptaanNya,terutama manusia.

Add caption
"DAN SEBAGIAN DARI RAHMAT ALLAH ITU ADALAH DIJADIKANNYA BAGIMU MALAM DAN SIANG,AGAR KAMU DAPAT BERISTIRAHAT DAN BEKERJA MENCARI REZEKI KARUNIANYA,DAN AKHIRNYA AGAR KAMU SEKALIAN SUKA BERSYUKUR."










Sabtu, 13 Agustus 2011

MENGGENGGAM HARAPAN

Saat itu petang terasa datang begitu terburu-buru.Terlihat sepasang suami istri menggelar dagangannya di trotoar jalan.Lampu jalan yang sudah redup tak cukup untuk menerangi dagangannya mereka.Di kanan kirinya tumpukan puing-puing bongkaran pasar mengepungnya.Di depan lalu-lalang kendaraan,dan langkah-langkah cepat.Siapa pula yang tertarik membelinya?Namun,mereka berdua silih berganti menyapa,menawarkan dagangannya.Kaos anak warna-warni,setangan sebungkus tiga,rok kecil,dan entah apalagi.
"Wahai suami istri,mengapa kamu yakin akan ada yang membeli daganganmu itu.Bagaimana kalian bisa menjajakan barang di keremangan dan keriuhan seperti ini?"
"Kami tak kehilangan harapan."begitu jawabnya."Itulah satu-satunya kekuatan kami.Kami tak tahu apa dan bagaimana membesarkan usaha ini,namun kami tahu harapan takkan pernah meninggalkan mereka yang menggenggamnya."

Berterima kasihlah pada orang-orang kecil yang memberikan teladan dan menebarkan harapan perbaikan hidup pada kita.
Mereka tiang penyangga yang menahan langit dari keruntuhan.Mereka peredup terik mentari kehidupan yang ada kalanya terasa panas membakar. 


Senin, 08 Agustus 2011

LELAKI PEMBAWA BANTAL DI ALUN-ALUN KOTA.

Suatu hari datanglah seorang pria muda pada sang Bijak."Guru saya terlalu banyak dosa.Saya sering memfitnah,berbohong sudah kebiasaan,dan sering menggosipkan orang lain dengan hal-hal buruk.Banyak orang tersakiti karena lidah saya,banyak orang geram karena kelakuan saya,sampai orang tua sayapun tidak sudi menerima saya lagi.Saya sangat menyesal dan saya ingin mohan ma'af bertaubat.Bagaimana caranya agar Tuhan mengampuni kesalahan saya,Guru?"

Sang Bijak berkata,"Ambilkan bantal di tempat tidurku.Bawalah ke alun-alun kota.Di sana bukalah bantal itu sampai kapas-kapas ataupun bulu-bulu ayam di dalamnya keluar tertiup angin.Itulah bentuk hukuman atas kata-kata jahat yang sering keluar dari mulutmu,juga perilakumu yang lain."

Meski kebingungan,pria itu tetap saja berangkat ke alun-alun kota menjalani "hukuman" yang diperintahkan kepadanya.Di alun-alun dia membuka bantal yang dibawanya,dalam sekejap kapas-kapas dan bulu-bulu ayam di dalamnya beterbangan tertiup angin.

Setelah selesai ia kembali menghadap sang Bijak."Saya telah melakukan apa yang Guru perintahkan. Apakah segala dosa saya telah diampuni?"

Jawab sang Bijak,"Kamu belum dapat pengampunan.Kamu baru menjalankan separuh tugasmu.Kini kembalilah kamu ke alun-alun kota dan pungutlah kembali bulu-bulu ayam serta kapas-kapas yang tadi beterbangan tertiup angin." 

Pria itu ternganga,tak mampu berkata-kata.Langsung dia tergopoh-gopoh menuju alun-alun kota.

Sang Bijak memandangi kepergiannya.Dalam hatinya berdoa,"Ya Allah...bila di tiap desah nafas dan langkahnya menyenandungkan pengakuan dosa serta dari dalam hatinya bercucuran air mata ingin pengampunan dariMU,maka ampunilah ya Allah....dan berilah petunjuk kepadanya."

SUARA MERDEKA CETAK - Ancaman Badai Matahari terhadap Bumi

SUARA MERDEKA CETAK - Ancaman Badai Matahari terhadap Bumi

Minggu, 07 Agustus 2011

Tak Bisa

Banyak orang hanya bisa memandang
tak bisa mengerti.....
banyak orang hanya bisa mendengarkan
tak bisa memahami......
banyak orang hanya bisa menjerit sakit
tapi terus menyakiti......
banyak orang hanya bisa meminta
tapi tak mau memberi ......
bayak orang begitu banyak berharap
namun kejam mengerdilkan harapan orang lain .....
banyak orang suka dengan keindahan 
namun lidahnya tak mampu melukis keindahan.....
banyak orang senang dengan kedamaian
namun perilakunya meresahkan......
banyak orang ingin kehidupan yang lebih baik
namun tak melakukan yg bermanfaat dalam hidup ini
BANYAK ORANG INGIN MATINYA DI JALAN ALLAH
TAPI TAK PERNAH MEMPERSEMBAHKAN HIDUPNYA UNTUK ALLAH...


                                                                                           Goesti.life

SUARA MERDEKA CETAK - Selipkan Kata Bijak pada Setiap Mata Pelajaran

SUARA MERDEKA CETAK - Selipkan Kata Bijak pada Setiap Mata Pelajaran

Jumat, 05 Agustus 2011

PENARI JAIPONG PANTAI WIDURI.

Siang itu,semilir angin menyapa sekujur pori-pori kulitku.Lelah terhempas bersama debur ombak pantai widuri.Penat yang merangkulku,terurai lepas tatkala badan ini kusandarkan pada sebongkah batu di tepi pantai.

Kupandang laut lepas,kulihat langit nan luas....dan terasa diri ini makin mengerti,tak berdaya sudah keangkuhanku.Nyaman hati ini,tatkala keagungan MU berbaring membinasakan keakuan diri.

Anak-anak terkesan tak peduli terik mentari yang menepuk-nepuk punggungnya.Candi-candi dari gundukan pasir yang tercipta, membuatnya makin riang.Kebahagiaan terpancar pada wajah dan sorot matanya,menyatu dengan alam, membingkai harapan yang tentu ada di benaknya.

Wanita ayu mantan pacarku,terlihat sedang menikmati sepiring rujak sambil sesekali  menebar senyum manakala dua buah hatinya berjuang mempertahankan bangunan pasir yang dibuatnya, dari hempasan ombak nakal menggoda.

"Punten.....",tiba-tiba terdengar suara di sebelahku. Kami berdua menoleh memperhatikan.Ternyata seorang laki-laki paruh baya dengan pakaian tari sederhana mulai menari jaipong dengan iringan musik dari kaset yang disetelnya. "Ma...,ada orang ngamen",sapaku pada istri biar segera menyiapkan uang untuknya.
Keningnya mulai terlihat berkilau bibit-bibit keringat.Namun bibirnya tetap tersungging senyuman meski gurat-gurat kesedihan,kelelahan tak bisa disembunyikan dari pandanganku.Lama kami memperhatikan tariannya.Namun dalam benakku, bersimbah pedih bila makin lama melihatnya.
Punggungnya ternyata sudah dibasahi oleh keringat.Karena dia menari dari satu tempat ke tempat lain tak peduli panas terik yang menyengat.


"Ma'af ya Bu,mengganggu",tersipu dia sambil membenahi alat pemutar kaset yang sederhana."Oh...ngga apa-apa pak",istriku menimpali sambil memberi lembaran rupiah untuknya. 
"Alhamdulillaah ya Allah....puji syukur ya Allah...",begitu tulus dan ikhlasnya kalimat itu terucapkan sambil mengusapkan kedua telapak tangan di wajahnya.Dia tak begitu pedulikan berapa rupiah yang baru di terima."Maturnuhun ya Bu...",kembali dia menyampaikan rasa terimakasih sambil sedikit membungkukkan badan.
Aku terpana melihat semuanya."Moga -moga perjuanganmu untuk keluarga diberkahi Allah", gumanku dalam hati sembari termenung memikirkannya.


Dengan  gontai dia melangkah pergi,makin jauh.....
Terimakasih wahai penari jaipong,pembelajaranmu tertanam dalam hati.


                                                              Pemalang,10 Juli 2011.



Sabtu, 30 Juli 2011

SEBENING EMBUN

Lenyap sudah siang yang panjang
debu jalan yang menyengat tak terasa lagi
panas yang mengguyur sekujur tubuhku
kini ....mengering,memanggil dingin membalut malam.

Sirna sudah ribuan harap
kala kejujuran tergadaikan,saat kesetiaan dianggap sebuah dongeng,ketika pengorbanan dipandang kebodohan....

Malam ini sebagai saksi
aku bersimpuh malu...tak berdaya
mencari sebening embun membasuh hati.                                                                                                                                                                                                                                                           

                                                                    Oleh : Agus Subekti.